Pages

Labels

Kamis, 01 September 2011

NAMA RAJA-RAJA DI PULAU SIAU

          
Sebuah kerajaan ternyata pernah berjaya di Kabupaten Kepulauan Siau, Biaro, Tagulandang atau Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Meski jejaknya nyaris tak berbekas, namun sejumlah warga di Pulau Siau masih tetap bangga sebagai bangsawan atau keturunan  para raja jaman dahulu.

 Sebuah  pusara atau makam di Kampung Paseng, Kecamatan Siau Barat  menjadi Bukti .
Makam ini bukanlah tempat pembaringan terakhir keluarga kandungnya, tetapi diyakini sebagai pusara Raja Pertama Kerajaan Siau. kerajaan Siau  pernah dipimpin  secara beruntun  oleh 21 raja yang diyakini sebagai nenek moyang masyarakat asli di Sitaro.
Makam ini berjarak hanya sekitar 10 meter dari jalan raya. Sebelum mencapai makam, pengunjung akan melewati gapura besar bertuliskan 'Makan Raja Lokombanua' dengan gambar mahkota berwarna keemasan.
Lokong Banua adalah nama pertama raja pertama di Siau. Semua warga asli Siau percaya Lokong Banua merupakan raja yang mampu menjaga keselamatan warga dari serangan orang asing dan telah membawa kemakmuran bagi daerah Pulau Siau dan sekitarnya termasuk Biaro dan Tagulandang.
Raja ini  terkenal pintar dengan strategi perang. Layaknya seorang Raja Hayam Wuruk-yang memiliki panglima Gajah Mada, keberadaan Lokong Banua tak terlepas dari seorang panglima yang dikenal dengan nama Laksamana Hengkeng U Naung.
Laksamana Hengkeng U Naung pun makamnya tak jauh dari Rajanya yaitu di Kampung Kiawang Kacamatan Siau Barat Utara. Banyak kisah yang mereka torehkan dan menjadi cerita rakyat yang dipercayai masyarakat Siau sebagai sejarah asal-usul keberadaan mereka sampai saat ini.
masyarakat Siau mengatakan kuburan raja ini dilindungi masyarakat sehingga sekitar sampai saat ini masih utuh batu nisan dalam lokasinya yang sebenarnya. makam Laksamana Hengkeng U Naung seringkali dijadikan 'bahan mainan' sejumlah oknum tidak bertanggungjawab. "Pernah ada anak muda yang memotong tongkat yang diletakkan dikubur Laksamana Hengkeng U Naung. Kuburnya memang tidak dijaga dan berada di kawasan hutan. Waktu, dipotong kayunya patah tapi keesokan harinya tongkat itu utuh lagi seperti tidak terpotong dan sampai saat ini tidak ada lagi orang yang berani iseng dengan tongkat maupun kuburan itu,"
masyarakat Siau percaya ada 21 raja yang pernah memimpin Kerajaan Siau. Ada raja yang terpilih karena pertama kali menempati Pulau Siau dengan sebutan kulano, ada yang memenangkan perang, ada yang terpilih dari Komolang Bobatong Datu (Majelis Petinggi Kerajaan) yaitu semacam lembaga legislatif yang dibentuk oleh Raja Winsulangi dan ada juga karena intervensi Belanda pada masa pra penjajahan abad ke-18 Masehi.
21 raja yang dipercayai pernah memimpin Siau sebagai sebuah kerajaan yaitu Raja Lokong Banua (Raja pertama yang menjabat tahun 1510-1549), Raja Pasumah ada juga yang menyebut Raja Posumah (Raja kedua menjabat tahun 1549-1587), Raja Wuisang (Raja ketigamenjabat tahun 1587-1591), Raja Winsulangi (Raja keempat menjabat tahun 1591-1631), Raja Batahi (Raja kelima menjabat tahun 1631-1678),
Raja Monasehiwu (Raja keenam menjabat tahun 1678-1680).  Raja Raramenusa dengan nama lain Raja Hendrik Daniel Yacobus (Raja ketujuh menjabat tahun 1680-1716), Raja Lohintundali dengan nama lain Raja David Yacobus (Raja kedelapan menjabat tahun 1716-1752), Raja Ismael Yacobus (Raja kesembilan menjabat tahun 1752-1788), Raja Begandelu (Raja kesepuluh menjabat tahun 1788- 1790).
Raja Umboliwutang dengan nama lain Egenos Yacobus (Raja kesebelas menjabat tahun 1790-1821), Raja Paparang (Raja keduabelas menjabat tahun 1822-1838), Raja Nicolas Ponto (Raja ketigabelas menjabat tahun 1839-1850), Raja Jacob Ponto (Raja keempatbelas menjabat tahun 1850-1889) Raja Lamuel David, (Raja kelimabelas menjabat tahun 1890-1895), Raja Manalang Dulag Kansil (Raja keenambelas menjabat tahun 1895-1908), Raja AJ Mohede (Raja ketujuhbelas menjabat tahun 1608- 1913) Raja AJK Bogar, (Raja kedelapanbelas menjabat tahun 1913-1918) Raja Lodewyk Nicolas Kansil, (Raja kesembilanbelas menjabat tahun 1920-1929), Raja Aling Yanis (Raja keduapuluh menjabat tahun 1930-1935) dan Raja PF Parengkuan (Raja keduapuluh satu menjabat tahun 1936- 1945)